Kamis, 19 Juli 2012

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA


(Oleh : Kamadi ,NIM.Q.100.110.225, Kelas I E )

A.    Pendahuluan
Sebagai pengelola kelas guru hendaknya mampu mengelola dan mengorganisir lingkungan dengan teratur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan belajar turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah lingkungan yang bersifat manantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan (Usman, 1999:10).
Sebagai pengelola kelas, guru bertanggung jawab memelihara lingkungan kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelelktual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan peserta belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dikalangan peserta didik. Tindakan pengolahan kelas adalah tindakan yang dilakukan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar peserta didik merasa nyaman dan aman dalam belajar.
Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses pembelajaran berlangsung. Guru sebagai peran utama dalam pengelolaan kelas harus menyadari bahwa suasana atau kondisi kelas yang tertib merupakan suatu persyaratan perting bagai terwujudnya proses pembelajaran yang efektif. Kondisi kelas yang tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan yang telah ada dengan senang hati. (
Dalam melaksanakan tugasnya di kelas guru sering berhadapan dengan masalah-masalah yang terkait perilaku peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisi bagi terciptanya proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tugas dan tanggungjawab utama seorang guru adalah mengelola pengajaran untuk lebih efektif, dinamis, efisien dan positif yang di tandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua subyek pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.
Hasil penelitian Chang dan Jackson dengan judul Belajar Web Berbasis Lingkungan: Suatu Proses Teori Berbasis Desain untuk Pengembangan dan Evaluasi yang dimuat pada Journal of Information Technology Education, Volume 6 (2007), menyimpulkan bahwa kursus Web-based program sudah terus meningkat yang dikembangkan oleh banyak institusi akademis, organisasi, dan perusahaan yang di seluruh dunia dalam kaitan dengan manfaat mereka untuk kedua-duanya pelajar dan pendidik. Bagaimanapun, banyak dari pendekatan yang pengembangan kekurangan dua pertimbangan penting yang diperlukan untuk menerapkan Web-based aplikasi, (1) pengintegrasian pemakai menghubungkan disain  dengan mendisain; dan (2) pengembangan kerangka evaluasi untuk meningkatkan keseluruhan mutu Web-based pendukungan. Gol Riset studi memusat pada peningkatan proses disain dan WD2L lingkungan berdasar pada suatu Proses Disain Terintegrasi theory-based (IDP) yang diusulkan studi. Hasil menunjukkan bahwa IDP yang diusulkan adalah efektif dalam arti bahwa studi menunjukkan, (1) WD2L environment’s kesamaan ke pelajaran bersifat tambahan tradisional, terutama sebagai Web-Based bersifat tambahan belajar program dan (2) para pemakai persepsi WD2L sumber daya lingkungan positif. Studi juga menetapkan itu untuk suatu e-learning lingkungan agar berhasil, berbagai aspek pelajaran lingkungan harus dipertimbangkan seperti pengetahuan daerah aplikasi, konseptual belajar teori, disain, pemakai menghubungkan disain, dan evaluasi tentang keseluruhan mutu belajar lingkungan.
Hasil penelitian Lansari, Tubaishat dan Al-Rawi dengan judul Penggunaaan Kurikulum Teknologi Informasi Outcome-Based dan E-Learning Platform untuk Memudahkan Siswa Belajar yang dimuat pada jurnal Issues in Informing Science and Information Technology, Volume 4 (2007), menyimpulkan bahwa Suatu universitas telah bergeser dari suatu input-based mengajar model kepada suatu outcome-based. Hasil mendasarkan model akademis adalah baru di  daerah teluk dan dirancang untuk mengijinkan para siswa dan anggota fakultas untuk bekerja sama untuk membantu perkembangan pelajaran. Model ini adalah suatu keberangkatan dramatis dari masukan yang tradisional model di mana para siswa sudah mempelajari untuk sebagian besar menerima dan mempertahankan informasi.. Semua hasil pelajaran terintegrasi ke dalam semua perencaan kursus. Para siswa memiliki suatu laptop dan mempunyai akses kabel, berbagai sumber daya universitas seperti perpustakaan, laboratorium IT dan Internet. Studi ini mengusulkan suatu kurikulum IT outcome-based untuk penyerahan di dalam suatu e-learning lingkungan. Lingkungan seperti itu adalah ideal untuk para siswa wanita yang menyukai untuk sudah membatasi interaksi dengan pria dan siapa yang secara khas memerlukan lebih waktu untuk memahami IT konsep di dalam Bahasa Inggris.
Hasil penelitian Hadjerrouit dengan judul Penerapan suatu Pengembangan Sistem Dekati untuk Menterjemahkan Kebutuhan Bidang Pendidikan ke dalam E-Learning yang dimuat pada jurnal Interdisciplinary Journal of Knowledge and Learning Objects, Volume 3 (2007), menyimpulkan bahwa E-Learning menyediakan suatu alat yang kuat untuk menerapkan kebutuhan bidang pendidikan yang dipakukan. Tetapi tenang, sebagian besar pengembangan e-Learning dilaksanakan tanpa suatu pemahaman yang benar bagaimana belajar teori dapat diterjemahkan ke dalam kebutuhan bersifat pendidikan bahwa dapat diterapkan menggunakan belajar teknologi. Ini adalah sebab e-Learning suatu sistematis mendekati kepada proses pengembangan, menghasilkan analisa kebutuhan dan bersifat pendidikan mendisain. Catatan ini membantah untuk suatu pengembangan sistem yang sistematis mendekati bagi e-Learning untuk menterjemahkan kebutuhan bidang pendidikan ke dalam suatu sistem yang mendukung pelajaran efektif, belajar siklus, belajar teori, LMS, perangkat lunak rancang-bangun, pengembangan sistem.
Pengajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan sistematik yang terdiri banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, bersinambungan. Untuk itu diperlukan pengelolaan pengajaran yang baik. Pengelolaan pengajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan dan pengajaran. Ia harus mempertimbangkan segi pengelolaan dan strategi pengajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis-realistis dan fleksibel, baik yang menyangkut masalah interaksi pengajaran, pengelolaan kelas, pendayagunaan sumber belajar maupun penilaian pengajaran. Karena itu diperlukan pengetahuan dan keterampilan pengajaran yang memadai bagi seorang guru.
Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan pelatihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer-Managed Instruction (CMI). Adapula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran (Kathleen, 1991:12).
Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diharapkan dapat memperjelas penyajian pesan, meningkatkan motivasi, dan rangsangan kegiatan belajar, dan membantu keefektifan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran Berbantuan Komputer sangat diperlukan sebagai salah satu sumber belajar yang sesuai dengan prinsip pembelajaran, dan produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.


B.     Media Pembelajaran
            Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.
            Ada beberapa konsep media pendidikan atau media pembelajaran. Rossi dan Breidle (Sanjaya, 2006: 161) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.
            Media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerlach dan Ely (Sanjaya, 2006:161) menyatakan a medium, conceived is any person, material or even that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill and attitude. Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah keterampilan.  Selain pengertian di atas, ada juga yang berpendapat bahwa pengajaran meliputi perangkat keras (hardwere) dan perangkat lunak (softwere). Hardwere adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti OHP, radio, televisi dan sebagainya. Sedangkan softwere adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya.

C.    Pemanfaatan Media Pembelajaran
            Belajar adalah suatu proses yang kompleks, rumit dan unik, karena memiliki ciri-ciri/karakteristik tertentu yang berbeda antara si belajar yang satu dengan si belajar yang lain. Oleh karenanya, belajar adalah masalah individual, dalam arti bahwa belajar akan terjadi karena individu itu sendiri yang melakukannya. Menurut Gagne (Sagala, 2006: 13) belajar diartikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Dari definisi tersebut tampak bahwa belajar hakikatnya adalah perubahan kemampuan dan disposisi manusia yang dapat dipertahankan, dan yang tidak semata-mata merupakan proses pertumbuhan.
            Disposisi ini adalah kecenderungan untuk bertindak menurut suatu cara tertentu dalam menghadapi situasi tertentu. Masalahnya sekarang adalah bagaimana menciptakan kondisi belajar agar terjadi peristiwa belajar tersebut. Sebab belajar itu terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal yang ada di luar diri siswa. Menurut Gagne (Munadi, 2008: 8) a learning event involves several internal processes, each of which may be influenced by the external factors of instruction. Kondisi eksternal ini harus dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari sejumlah komponen yang satu sama lain saling terkait. Kegiatan mengatur kondisi eksternal ini dinamakan instruction.           
            Salah satu bentuk kondisi belajar adalah adanya motivasi belajar yang kuat, baik yang datang dari dalam (motivasi intrinsik) maupun dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik). Pentingnya menimbulkan motivasi belajar ini, tampak pada langkah pertama dalam  instructional event, yaitu langkah menimbulkan motivasi. Tanpa motivasi, maka perubahan tingkah laku tidak akan terjadi pada diri siswa. Sebab adanya motivasi yang kuat, menunjukkan adanya minat untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping itu, hadirnya media pembelajaran sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar amat diperlukan, mengingat bahwa kedudukan media ini bukan hanya sekedar alat bantu mengajar, tetapi merupakan bagian integral dalam pembelajaran.            Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (peserta didik) dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampikan guru tidak dapat diterima oleh peserta didik dengan optimal, artinya tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa; lebih parah lagi peserta didik sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
1.      Pentingnya Media Pembelajaran
            Mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar. Sedangkan, yang dimaksud dengan belajar itu sendiri adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu dapat berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang diperoleh melalui aktivitas sendiri pada situasi yang sebenarnya. Pengalaman langsung semacam ini tentu saja merupakan proses belajar yang sangat bermanfaat, sebab dengan mengalami secara langsung kemungkinan kesalahan persepsi akan dapat dihindari. Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan secara langsung.
2.      Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran
            Perolehan pengetahuan siswa seperti digambarkan Edgar Dale menunjukkan bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut. Hal semacam ini dapat menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu sebaiknya diusahakan agar pengalaman siswa menjadi lebih konkrit, pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, dilakukan melalui kegiatan yang dapat mendekatkan siswa dengan kondisi yang sebenarnya.
            Hal lain, sebagaimana disampaikan oleh Sanjaya (2006: 167), penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal selain dapat menimbulkan verbalisme dan kesalahan persepsi, juga gairah siswa untuk menangkap pesan akan semakin kurang, karena siswa kurang diajak berpikir dan menghayati pesan yang disampikan, padahal untuk memahami sesuatu perlu keterlibatan siswa baik fisik maupun psikis.            Memberikan pengalaman langsung kepada siswa bukan sesuatu yang mudah bukan hanya menyangkut segi perencanaan dan waktu saja yang menjadi kendala, akan tetapi memang ada sejumlah pengalaman yang sangat tidak mungkin dipelajari secara langsung oleh siswa. Oleh karena itu, peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam situasi kegiatan belajar mengajar. Melalui media pembelajaran hal yang bersifat abstrak bisa lebih menjadi konkrit.
            Secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan peran untuk:
a.       Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film atau rekaman melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan.
b.      Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu
Untuk memanipulasi keadaan, media pembelajaran dapat menampilkan suatu proses atau objek yang terlalu besar yang dapat mungkin dapat ditampilkan di dalam kelas, atau menampilkan objek terlalu kecil yang sulit dilihat dengan menggunakan mata telanjang. Untuk menampilkan objek tersebut guru dapat memanfaatkan film slide, foto-foto, gambar, mikroskop atau microprojector.
c.       Menambah gairah dan motivasi belajar siswa
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat
            Sudjana dan Rifai (dalam Nursiyam, 2008: 5) menyatakan bahwa pemanfaatan media pengajaran dapat mempertinggi kualitas proses belajar peserta didik yang kemudian mampu mempertinggi hasil belajar yang dicapai. Alasannya adalah: (1) menarik peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2) bahan pembelajaran akan memiliki makna yang lebih jelas sehingga lebih mudah dipahami dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pembelajaran dengan baik; (3) metode mengajar lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal sehingga peserta didik tidak bosan dan widyaiswara tidak kehabisan tenaga; dan (4) peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian widyaiswara, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan.
           
D.    Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
            Penggunaan media pembelajaran IPA termasuk dalam kawasan pengembangan teknologi berbantuan komputer. Menurut Seels & Richkey (2007: 39), computer-based technologies are ways to produce or deliver materials using microprocessor-based resources. Secara harfiah pengertian tersebut menjelaskan bahwa teknologi berbantuan komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikro-prosesor.
            Teknologi berbantuan komputer dibedakan dari teknologi lain karena menyimpan informasi secara elektronis dalam bentuk digital, bukannya sebagai bahan cetak atau visual. Pada dasarnya, teknologi berbantuan komputer menampilkan informasi kepada pebelajar melalui layar monitor.         Penggunaan media pembelajaran berbasis TIK dirancang sebagai salah satu sumber belajar. Dalam arti luas, sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. Unsur pokok dalam pengertian tersebut ialah adanya sumber yang digunakan untuk memberikan kemudahan belajar manusia.
            Menurut Soeharto, dkk. (2006: 73-74) sumber belajar adalah semua sarana pengajaran yang mampu menyajikan pesan baik secara auditif maupun visual. Ini berarti bahwa sumber belajar yang dimaksudkan hanyalah meliputi sarana seperti: film, video, kaset, slide, dan lain sebagainya. Sedangkan AECT (Association for Education Communication and Technology) mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6 yaitu:
1.      Pesan (message), yaitu informasi yang ditransmisikan (diteruskan) oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data.
2.      Orang (people), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, penyaji pesan.
3.      Bahan (material) yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri. Misalnya transparansi, slide, film, audio, video, buku, modul,  dan lain-lain.
4.      Alat (device), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya; proyektor slide, OHP,  tape, radio, televisi, dan lain-lain.
5.      Tehnik (technique), yaitu prosedur atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. Contohnya pembelajaran terprogram, belajar sendiri, demontrasi, ceramah, tanya jawab, dan lain-lain.
6.      Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar di mana pesan disampaikan, yang bisa bersifat fisik (kampus, perpustakaan, laboratorium, studio, museum,) maupun lingkungan non fisik (suasana belajar, dan lain-lain).
            Sumber belajar haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: pertama sumber itu harus di desain terlebih dahulu atau dipilih sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai dan memenuhi persyaratan sesuai dengan kendali belajar yang telah ditentukan sebelumnya. Kedua, sumber-sumber belajar itu harus digunakan sesuai dengan desain dan pilihan yang telah ditentukan. Artinya bahwa sumber-sumber tersebut harus digunakan untuk keperluan belajar yang tujuannya telah ditentukan, dan digunakan sedemikian rupa sehingga kontrol atas tingkah laku belajar dapat diwujudkan.
            Salah satu produk teknologi sebagai media pembelajaran atau yang disebut sebagai pembelajaran berbantuan komputer atau yang lebih dikenal dengan istilah CAI (Computer Assisted Instructional) merupakan suatu paket bahan belajar atau aktivitas belajar yang disampaikan melalui komputer. The us of CAI as a supplement to conventional instruction produces higher achievement than the use of convention alone Cotton (1991: 9). Penggunaan CAI sebagai suplemen dalam pembelajaran lebih meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.         
            Lebih lanjut Arsyad (2004: 166-169) menuturkan bahwa keberhasilan penggunaan komputer dalam pengajaran tergantung kepada berbagai faktor seperti proses kognitif dan motivasi dalam belajar. Oleh karenanya ada beberapa prinsip dalam perancangan program CAI yang efektif, yakni:
1.   Belajar harus menyenangkan
2.   Interaktif
3.   Kesempatan berlatih harus memotivasi, cocok, dan tersedia feedback
4.   Menuntun dan melatih siswa dengan lingkungan informal.
            Hamalik (2006: 236) menyebutkan bahwa ada tiga bentuk penggunaan komputer dalam kelas, yaitu:
1.      Untuk mengajar siswa menjadi mampu membaca komputer atau computer literate
2.      Untuk mengajarkan dasar-dasar pemrograman dan pemecahan masalah komputer.
3.      Untuk melayani siswa sebagai alat bantu pembelajaran
            Bentuk pembelajaran berbantuan komputer akan menjadi pelengkap pembelajaran kelas yang sedang berlangsung, dalam hal mana siswa memperoleh informasi dan keterampilan serta menerima bantuan langsung. Hamalik (2004: 237) menyebutkan ada empat bentuk/jenis perangkat lunak pengajaran dengan bantuan komputer, yaitu: (1) latihan dan praktik; (2) tutorial; (3) simulasi; dan (4) pengajaran dengan instruksi komputer (computer managed instruction). Kerangka berfikir untuk memahami aplikasi komputer dalam pendidikan tergantung pada salah satu dari tiga model tersebut.
            Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan         (3) guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upaya mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear (Raharjo, 2000:23).
            Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami,            (2) proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan atau tidak linear, (5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kultur siswa,       (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
            Hal itu telah mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
            Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan SDM secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan  semua potensi yang dimilikinya.

E.     Penutup
            Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
            Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi.
            Gerstmer (1995:87), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru.
            Menurut Raharjo (2000:42) aplikasi dan potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah yang dikembangkan oleh guru dapat memberikan beberapa manfaat antara lain.
1.      Pembelajaran menjadi lebih interaktif, simulatif, dan menarik.
2.      Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / kompleks.
3.      Mempercepat proses yang lama.
4.      Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi.
5.      Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau di luar jangkauan





DAFTAR PUSTAKA



Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Chang & Jackson. 2007.Web-Based Learning Environment: A Theory-Based Design Process for Development and Evaluation”. Journal of Information Technology Education. Volume 6.

Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Refika Aditama

Hadjerrouit, Said. 2007. “Applying a System Development Approach to Translate Educational Requirements into E-Learning”. Interdisciplinary Journal of Knowledge and Learning Objects. Volume 3.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Lansari, Tubaishat & Al-Rawi. 2007. “Using an Outcome-Based Information Technology Curriculum and an E-Learning Platform to Facilitate Student Learning”. Issues in Informing Science and Information Technology, Volume 4.

Nursiyam, Anisah. 2008. Pemanfaatan Media Pembelajaran pada Diklat Aparatur di Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan. 1, 1-13.

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang  Standar Nasional Pendidikan

Pujianto & Yunus. 2004. “Pengembangan Model Pembelajaran melalui e-Learning”. Ilmu Pendidikan. 31, 93-102.

Raharjo, R. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom Diknas dan PT. Raja Grafindo Perkasa.

Rohani, Ahmad 2007. Media Instruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Seels, B. B. & Rickey, R. C. 1994. Instructional Technology the Definition and Domain of The Field. Washington DC: Association for Education Communication and Technology.
Sudjana & Rifa’i. 2003. Teknologi Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algensindo.
Suharto, Karti. 2003. Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Penerbit SIC.

Usman, Uzer. 1999. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: PT Remaja Rosda Karya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar